Kamis, 30 April 2009

burung TL lokalan

Sedikit saya mau bercerita tentang Tledekan (TL) lokal. Banyak para pemburu yg ingin memiliki burung ini, Banyak para sahabat saya/para pembeli TL di pasar maupun di warung2 pakan selalu menanyakan burung ini dari daerah asal, jika terlihat TL berbadan kecil dan ada warna bulu putih di depan mata serta tidak ada bulu putihnya di dada sampai dubur,maka orang urung untuk membelinya,karena diduga tledekan tersebut bukan lokalan dan harganyapun lebih murah dari harga TL lokalan.

Untuk mencari TL lokalan sekarang ini sangat susah, bahkan saya sampai rela memikat sendiri tuh burung dengan cara ngasih sejumlah uang untuk membayar pemikatnya agar TL hasil pikatannya tidak di berikan orang lain.

Menurut para penghobi, Burung Tledekan lokalan ialah burung yang berasal dari pulau jawa, misalnya dari daerah ungaran, lereng merbabu, kedu utara ,temanggung, wonosobo , sekitar lereng gunung prau, banjarnegara/purwokerto bagian utara dan timur laut.

Untuk derah timur biasanya dari daerah gunung muria Jepara dan pati, tapi yang banyak beredar di pasar burung,terutama PB Karimata sekarang ialah TL dari kalimantan dan sumatra.

Untuk mendapatkan burung TL lokalan orang harus rela antri /pasang DP untuk mendapatkan TL dari pemikat. Namun jika tidak sabar maka mereka rela terjun langsung mencari/memikat untuk mendapatkan seekor TL lokalan. Bahkan teman saya sampai blusukan (mencari :Red) di kampung IDT( inpres desa tertinggal) untuk mencari TL. Seperti kisah Bapak AK. Sunarto, pensiunan kodam IV Diponegoro, beliau seharian penuh menelusuri desa di wilayah kedu utara demi untuk mendapatkan "si KLASIK " yg menawan ini.

Adapun ciri2 fisik TL lokal ialah adanya warna bulu putih di sebagian dada sampai ke dubur,bodi biasanya agak bongsor,warna biru muda di sampai ujung kepala agak cerah.

TL di daerah semarang dan sekitarnya sekarang ini lagi trend.
apalagi di musim penghujan seperti sekarang ini susah masuk pada masa TL bertelur/sudah beranak.

Untuk trotolan lokal para pemikat pasang harga di atas Rp. 150-200 ribu ,bahkan ada trotolan minta pemikat membandrol harga Rp. 250 Ribu. Maklum mencariTL lokalan memang disarasakan sangat sulit.

Itulah sedikit tentang TL lokal yg saya ketahui dari beberapa pengalaman temen dan saya sendiri.

Mendengarkan suara TL kalau di saat musim penghujan seperti sekarang ini memang merupakan suatu kenikmatan, apalagi suaranya yg klasik akan menggugah feeling kita untuk suatu keindahan alam pegunungan yg sejuk dan menentramkan.

JIka kita bayangkan kalau kita berada di alam pegunungan di suatu pagi nan cerah di saat fajar belum menyingsing terdengar kicauan burung ini yg mengalun klasik serta sambil menatap serpihan kabut pagi dan hembusan angin sepoi2 yg menerpa wajah kita,maka apa yg terucap dalam hati maupun mulut kita.?

Nah itulah rekan2 Km mania sedikit ulasan,mungkin berguna bagi kita semua terutama yg lagi demen sama TL....
Suwun

Branjangan

Burung Branjangan (Mirafra Javanica) adalah burung dari bangsa Passeriformes dari famili Alaudidae yang terkenal dapat bernyanyi dengan indahnya. Kepiawaiannya dalam meniru suara burung lain serta gaya bertarungnya dengan cara mengepakan sayap (ngeper) semakin menambah kesukaan orang untuk memelihara burung ini. Di alam bebas, Branjangan sering bernyanyi di atas kabel telpon atau batu atau pucuk pohon yang tinggi dan sesekali akan berkicau dengan pola seperti helikopter (hovering) untuk menunjukan daerah kekuasaan atau untuk menarik betinanya. Branjangan merupakan burung persawahan/ladang yang suka hidup di area terbuka berumput atau semak-semak yang tidak terlalu rimbun.

Dahulu tidak banyak orang yang tahu bahwa burung kecil dengan bulu kusam ini mempunyai suara yang indah dan pandai meniru suara burung lain, kecerdasannya dalam memaster suara burung lain akan membuat suara kicauannya menjadi beragam, suara burung Prenjak, Ciblek, dan burung Gereja akan mudah diadopsi oleh Branjangan.

Perawatan Branjangan yang relatif mudah membuat burung ini semakin diburu. Beberapa pelomba burung bahkan menjadikan burung ini menjadi burung “wajib” untuk master burung lombanya. Karakter suara Branjangan yang miji-miji akan memudahkan burung maskot mengadopsi suara Branjangan. Branjangan yang sudah dapat memaster burung prenjak, ciblek, gereja tarung, cucak jenggot, love bird dan burung lain dan bermental baik akan memiliki harga yang lumayan fantastis. Dengan hanya memiliki satu ekor burung, maka cukup untuk memiliki bermacam suara burung lain.

Seiring dengan semakin banyaknya orang yang memelihara burung ini maka semakin banyak yang memburu Branjangan sehingga keberadaannya makin jarang terlihat. Pada era sebelum tahun 90-an masih banyak di pasar burung kita jumpai Branjangan dengan ciri-ciri yang saat ini disukai, seperti tubuh yang besar, berjambul dan bahkan kita akan dengan mudah mendapatkan piyikan dengan harga yang relatif terjangkau.

Seiring dengan minat penggemar burung kicauan yang berlomba memiliki burung ini, namun tidak diiringi dengan konservasi maka keberadaan burung ini semakin sulit didapat. Saat ini Branjangan yang kita temui di pasaran sedikit sekali yang berasal dari tanah Jawa, yang terkenal dengan burung branjangannya yang baik. Namun saat ini branjangan yang ada di pasar banyak berasal dari daerah Nusa Tenggara maupun Sumatera.

Menilik dari asal burung, bukan berarti burung yang berasal dari luar Jawa tidak baik, hanya saja burung yang berasal dari Jawa (khususnya Jawa Tengah daerah Wates, Petanahan dan Kali Ori) memang mempunyai ciri-ciri yang disukai oleh hobiest Branjangan. Mental yang baik, body yang besar dan volume suara yang keras dan variasi suara yang beragam, serta corak batik atau warna yang menarik, kemerahan atau kekuningan.

Di Pulau Jawa sendiri, Branjangan dibagi dalam beberapa daerah penyebaran, seperti Jawa Tengah, Jawa Timur dan Jawa Barat.

Untuk wilayah Jawa Barat maka yang menjadi maskot bagi penggila Branjangan adalah yang berasal dari daerah Sapan.

Burung dari daerah Sapan terkenal dengan suaranya yang nyaring melengking dan kristal, jambul juga menjadi ciri khas burung ini. (jambul patent).

Branjangan Sapan/ Jawa Barat

(Sumber : Koleksi Pribadi)

Burung jenis Branjangan dari daerah Sapan jika dilihat dari fisiknya tidak terlalu besar hanya seukuran 12-13 cm. berbeda jika dibandingkan dengan Branjangan dari daerah Jawa Tengah yang dapat mencapai ukuran tubuh 12-14 cm. Pola batik burung dari daerah Sapan cenderung berpola lebih gelap dengan corak batik yang berwarna hitam hampir serupa dengan Branjangan yang berasal dari daerah NTB dan sumbawa.

Branjangan Jawa Tengah/Jawa Timur

(Sumber : Koleksi Pribadi)

Branjangan Sri Kayangan/Jawa Tengah
Branjangan memiliki ciri fisik yang lebih besar dan memiliki warna dan pola batik yang lebih menarik

Branjangan Nusa Tenggara dan Sumbawa
Branjangan dari daerah NTB saat ini relatif yang sering kita jumpai di pasar atau kios burung. Branjangan ini mempunyai corak warna bulu yang lebih pekat. Ukuran tubuhnya juga tidak sebesar jenis branjangan dari daerah lain, seukuran 10-12 cm. Beberapa hobbies mengatakan bahwa burung dari daerah NTB memiliki variasi suara yang variatif dan jika sudah jadi akan sangat rajin berkicau, namun dari sisi mental biasanya kurang baik. Di perlombaan sendiri jarang ditemukan burung dari daerah ini yang di pertandingkan. Ini disebabkan juga karena bentuk tubuh yang relatif kecil dan suara yang kurang memadai untuk “menutup” suara burung dari daerah lain.

Liputan Lomba "Rama Plaza Berkicau"

Liputan Lomba "Rama Plaza Berkicau"
Ratusan pemain burung asal Jabodetabek memadati area lomba. Semua pemain papan atas turun, tak pelak persaingan di berbagai kelasnya begitu ketat. Lihat saja Anis merah bintang PBI, hampir semua burung cadas turun. Persaingan itu dimenangkan Gentayangan miliknya Pabio. Si langganan juara ini tampil penuh tenaga, ia mampu menyihir para juri. Suara keras, buangan kasar-kasar dan tembus jadi senjata utama menaklukan pesaingnya. Tak heran kelas itu dilibasnya dengan telak.... [ More >> ]
(2009-03-17 01:47:59)
Dari Lomba Burung Berkicau “ROYAL CUP 2009”
Sukses besar tentu kata yang tepat buat ” Royal Cup 2009” Minggu (8/03), lomba sambut hari jadi Royal BC ini memang tergelar sangat meriah. Tak kurang dari 1030 peserta tumplek di area perkantoran Gedung Departemen Pertanian. Tak dipungkiri peserta yang datang kali ini datang dari berbagai blok, bahkan sebagian datang dari Sumatra, Kalimantan dan Pulau Bali. Setingan lomba yang mewah serta karakteristik penyelenggara yang baik menjadi magnet untuk peserta.... [ More >> ]

HASIL LOMBA: Gebyar Kicau Mania 2009

Nama Burung Pemilik Alamat
Anis Merah A Mega Bintang

1 ANAK RANTAU UDA RIZAL PB NAROGONG
2 DURIBAM H. EMAN KARAWANG
3 CELLULAR DENY XL BEKASI
Anis Merah B Mega Bintang

1 (Gantangan No.22) NN NN
2 DURIBAM H. EMAN KARAWANG
3 KUCING GARONG IWAN S. BEKASI
Muray Batu Jawara

1 DAJJAL CECE JAKARTA
2 PANGERAN BATA H. PARJO 279 TEAM
3 MUTIARA HITAM FE

About Birds

Burung
Rentang fosil: Dahulu Jurassic - Sekarang
Superb Fairy-wren, Malurus cyaneus, juvenile
Superb Fairy-wren, Malurus cyaneus, juvenile
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Upafilum: Vertebrata
(tidak termasuk) Archosauria
Kelas: Aves
Linnaeus, 1758

Burung gelatik batu Eropa, Parus major

Burung adalah anggota kelompok hewan bertulang belakang (vertebrata) yang memiliki bulu dan sayap. Fosil tertua burung ditemukan di Jerman dan dikenal sebagai Archaeopteryx.

Jenis-jenis burung begitu bervariasi, mulai dari burung kolibri yang kecil mungil hingga burung unta, yang lebih tinggi dari orang. Diperkirakan terdapat sekitar 8.800 – 10.200 spesies burung di seluruh dunia; sekitar 1.500 jenis di antaranya ditemukan di Indonesia. Berbagai jenis burung ini secara ilmiah digolongkan ke dalam kelas Aves.

Evolusi dan Morfologi

Meskipun burung berdarah panas, ia berkerabat dekat dengan reptil. Bersama kerabatnya terdekat, suku Crocodylidae alias keluarga buaya, burung membentuk kelompok hewan yang disebut Archosauria.

Diperkirakan burung berkembang dari sejenis reptil di masa lalu, yang memendek cakar depannya dan tumbuh bulu-bulu yang khusus di badannya. Pada awalnya, sayap primitif yang merupakan perkembangan dari cakar depan itu belum dapat digunakan untuk sungguh-sungguh terbang, dan hanya membantunya untuk bisa melayang dari suatu ketinggian ke tempat yang lebih rendah.

Burung masa kini telah berkembang sedemikian rupa sehingga terspesialisasi untuk terbang jauh, dengan perkecualian pada beberapa jenis yang primitif. Bulu-bulunya, terutama di sayap, telah tumbuh semakin lebar, ringan, kuat dan bersusun rapat. Bulu-bulu ini juga bersusun demikian rupa sehingga mampu menolak air, dan memelihara tubuh burung tetap hangat di tengah udara dingin. Tulang belulangnya menjadi semakin ringan karena adanya rongga-rongga udara di dalamnya, namun tetap kuat menopang tubuh. Tulang dadanya tumbuh membesar dan memipih, sebagai tempat perlekatan otot-otot terbang yang kuat. Gigi-giginya menghilang, digantikan oleh paruh ringan dari zat tanduk.

Kesemuanya itu menjadikan burung menjadi lebih mudah dan lebih pandai terbang, dan mampu mengunjungi berbagai macam habitat di muka bumi. Ratusan jenis burung dapat ditemukan di hutan-hutan tropis, mereka menghuni hutan-hutan ini dari tepi pantai hingga ke puncak-puncak pegunungan. Burung juga ditemukan di rawa-rawa, padang rumput, pesisir pantai, tengah lautan, gua-gua batu, perkotaan, dan wilayah kutub. Masing-masing jenis beradaptasi dengan lingkungan hidup dan makanan utamanya.

Maka dikenal berbagai jenis burung yang berbeda-beda warna dan bentuknya. Ada yang warnanya cerah cemerlang atau hitam legam, yang hijau daun, coklat gelap atau burik untuk menyamar, dan lain-lain. Ada yang memiliki paruh kuat untuk menyobek daging, mengerkah biji buah yang keras, runcing untuk menombak ikan, pipih untuk menyaring lumpur, lebar untuk menangkap serangga terbang, atau kecil panjang untuk mengisap nektar. Ada yang memiliki cakar tajam untuk mencengkeram mangsa, cakar pemanjat pohon, cakar penggali tanah dan serasah, cakar berselaput untuk berenang, cakar kuat untuk berlari dan merobek perut musuhnya.

Kebiasaan

Burung berkembang biak dengan bertelur. Telur burung mirip telur reptil, hanya cangkangnya lebih keras karena berkapur. Beberapa jenis burung seperti burung maleo dan burung gosong, menimbun telurnya di tanah pasir yang bercampur serasah, tanah pasir pantai yang panas, atau di dekat sumber air panas. Alih-alih mengerami, burung-burung ini membiarkan panas alami dari daun-daun membusuk, panas matahari, atau panas bumi menetaskan telur-telur itu; persis seperti yang dilakukan kebanyakan reptil.

Akan tetapi kebanyakan burung membuat sarang, dan menetaskan telurnya dengan mengeraminya di sarangnya itu. Sarang bisa dibuat secara sederhana dari tumpukan rumput, ranting, atau batu; atau sekedar kaisan di tanah berpasir agar sedikit melekuk, sehingga telur yang diletakkan tidak mudah terguling. Namun ada pula jenis-jenis burung yang membuat sarangnya secara rumit dan indah, atau unik, seperti jenis-jenis manyar alias tempua, rangkong, walet, dan namdur.

Anak-anak burung yang baru menetas umumnya masih lemah, sehingga harus dihangatkan dan disuapi makanan oleh induknya. Kecuali pada jenis-jenis burung gosong, di mana anak-anak burung itu hidup mandiri dalam mencari makanan dan perlindungan. Anak burung gosong bisa segera berlari beberapa waktu setelah menetas, bahkan ada pula yang sudah mampu terbang.

Jenis-jenis burung umumnya memiliki ritual berpasangan masing-masing. Ritual ini adalah proses untuk mencari dan memikat pasangan, biasanya dilakukan oleh burung jantan. Beberapa jenis tertentu, seperti burung merak dan cenderawasih, jantannya melakukan semacam tarian untuk memikat si betina. Sementara burung manyar jantan memikat pasangannya dengan memamerkan sarang setengah jadi yang dibuatnya. Bila si betina berkenan, sarang itu akan dilanjutkan pembuatannya oleh burung jantan hingga sempurna; akan tetapi bila betinanya tidak berkenan, sarang itu akan dibuang atau ditinggalkannya.

Burung dan Manusia

Burung telah memberikan manfaat luar biasa dalam kehidupan manusia. Beberapa jenis burung, seperti ayam, kalkun, angsa dan bebek telah didomestikasi sejak lama dan merupakan sumber protein yang penting; daging maupun telurnya.

Di samping itu, orang juga memelihara burung untuk kesenangan dan perlombaan. Contohnya adalah burung-burung merpati, perkutut, murai batu dan lain-lain. Burung-burung elang kerap dipelihara pula untuk gengsi, gagah-gagahan, dan untuk olahraga berburu. Banyak jenis burung telah semakin langka di alam, karena diburu manusia untuk kepentingan perdagangan tersebut.

Selain itu populasi burung juga terus menyusut karena rusaknya habitat burung akibat kegiatan manusia. Oleh sebab itu beberapa banyak jenis burung kini telah dilindungi, baik oleh peraturan internasional maupun oleh peraturan Indonesia. Beberapa suaka alam dan taman nasional juga dibangun untuk melindungi burung-burung tersebut di Indonesia.

Yang menyenangkan, beberapa tahun belakangan ini telah tumbuh kegiatan pengamatan burung (birdwatching) di kalangan pemuda dan pelajar. Kegiatan yang menumbuhkan kekaguman dan kecintaan pada jenis-jenis burung yang terbang bebas di alam ini, sekaligus merintis kecakapan meneliti alam — terutama kehidupan burung — di kalangan generasi muda tersebut.

Macam-macam burung

Perawatan burung berkicau

Untuk membuat burung peliharaan rajin berkicau, sehat, dan bulu-bulunya mengkilat, maka dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut:

Pakan burung
Burung tangkaran banyak yang berasal dari alam, ataupun yang berasal dari anakan peternak. Bagi burung yang merupakan tangkapan dari alam, biasanya mereka agak liar, sehingga pola makan mereka lebih cenderung ke extra fooding (makanan-makanan hidup), bagi burung yang telah jinak biasanya mereka mau memakan poer/voer. Poer/Voer banyak yang dijual di pasaran, yang populer di Indonesia biasanya adalah merk Phoenix, Fancy, and Gold Coin. Selain itu, terdapat banyak pula merk-merk yang lain.
Pagi hari
Kandang burung dikeluarkan ke teras rumah (diangin-anginkan). Akan lebih bagus jika digantung menghadap ke matahari terbit sambil membersihkan kandang dari fesenya kemudian berikan 2-3 ekor jangkrik yang sudah dibersihkan kakinya dan sayapnya ditambah kroto telur semut yang bersih sekitar 1 sendok teh. Kemudian mandikan Burung pada pukul 07.30.
Burung dapat disemprot mengunakan sprayer halus untuk membuat bulunya mengkilat. Sprayer tersebut dapat dicampur dengan air rebusan daun sirih atau shampo burung (biasa disebut Avi Shampoo) yang dijual umum di kios. Atau masukan wadah kecil yang di isi air bersih (dijual di kios juga). Apabila burungnya sudah terlatih, burung dapat dimasukan kekandang mandinya atau biasa disebut keramba mandi.
Setelah dibersihkan kandangnya dan dimandikan, kandang dan burungnya dapat dijemur dibawah matahari dari pukul 09.30 sampai dengan pukul 10.00. Kemudian angkat kandang burung dan gantung pada tempat yang teduh serta jauh dari aktivitas manusia agar burung tersebut bernyanyi/ berkicau.
Sore Hari (sekitar pukul 16.00)
Lakukan sama seperti perawatan pagi hari. Burung diberikan makanan tambahan, dimandikan kemudian dijemur kembali sampai bulu-bulunya kering.
Malam hari
Masukan kandang burung ke tempat yang tenang atau jika digantung di luar rumah (teras), kandang harus dikerudung dengan kain agar burung tidak digigit nyam

BURUNG SURGA SEMAKIN LANGKA

Pada tanggal 5 Juni 1858, kapal pengangkut batu bara tiba, setelah dikirim kembali dari Amboyna, dengan tambahan sejumlah perbekalan untuk kapal uap. Kayu, yang hampir semua sudah dimuat ke dalam kapal, sekarang dibongkar lagi, kemudian batu baranya dimuat, dan pada tanggal 17 Juni 1858 kapal uap dan perahu berangkat ke Teluk Humboldt. Kami menjadi sedikit lebih sunyi lagi, dan bisa memperoleh sesuatu untuk dimakan. Ketika kapal itu masih berada di sini, ikan atau sayur apa saja dibawa ke kapal, dan saya sering harus makan seekor parroquet untuk santapan siang dan malam. Orang-orangku sekarang telah kembali dari Amberbaki, tetapi astaga, sungguh mengecewakan sekali. Mereka hampir tidak membawa apapun kepadaku. Mereka telah berkunjung ke beberapa kampung, bahkan melakukan dua hari perjalanan ke pedalaman, tetapi tidak menemukan kulit-kulit Burung Surga untuk dibeli, kecuali jenis yang sudah umum yang jumlahnya sedikit. Burung-burung yang ditemukan sama dengan yang ada di Dorey, tetapi masih lebih langka. Tak satu pun penduduk di sepanjang pesisir pantai yang menembak atau menyiapkan Burung Surga. Burung-burung tersebut berasal dari wilayah yang jauh di pedalaman melewati dua atau tiga deret pegunungan, dan berpindah tangan dengan cara barter dari kampung ke kampung sampai burung tersebut tiba di pantai. Di sana penduduk asli Dorey membelinya, dan dalam perjalanan pulang, mereka menjualnya kepada pedagang-pedagang Bugis atau Ternate. Sehingga tidak ada harapan bagi seorang pengunjung untuk pergi ke tempat tertentu di pesisir pantai New Guinea di mana burung-Burung Surga yang langka telah dibeli, dengan harapan untuk mendapatkan spesimen yang baru dibunuh oleh penduduk asli; hal tersebut juga menunjukkan kelangkaan burung-burung itu di wilayah mana pun, sejak dari distrik Amberbaki, tempat yang kaya, dimana sekurang-kurangnya lima atau enam spesies telah diperoleh, tak satu pun dari spesies-spesies yang lebih langka telah didapatkan tahun ini. Pangeran Tidore, tentu saja akan mendapatkannya jika ada yang harus diperoleh, dan diminta untuk menunjukkan beberapa jenis biasa yang berwarna kuning. Saya kira mungkin penduduk yang sudah lebih lama tinggal di Dorey, yang agak lebih jauh ke pedalaman, bisa menunjukkan beberapa jenis yang lebih langka yang ditemukan di sana, seperti seekor betina berdada bagus Ptiloris magnificus yang saya peroleh. Saya juga diberitahukan di Ternate tentang seekor burung yang pasti belum dikenal di Eropa, seekor Burung Surga Raja Hitam (Black King Paradise Bird), dengan ekor yang melengkung dan bulu-bulu indah di pinggir seperti spesies umum lainnya, tetapi bulu yang selebihnya berwarna hitam mengkilat. Orang-orang Dorey tak tahu-menahu tentang hal ini, sekalipun mereka bisa mengenal hampir semua spesies lain yang dijelaskan.